Selasa, 13 Juli 2010

30 Hari Mencari Cinta-Nya

Tidak terasa sebentar lagi Ramadhan, bulan yang penuh berkah akan mnghampiri kita kembali. Waktu begitu cepat berputar. Senja Ramadhan tahun lalu serasa baru kemarin kita lalui. Tapi hangatnya Bulan Ramadhan tahun ini sudah terasa dan insya Allah kita akan menjumpai lagi Ramadhan tahun ini.

Seperti halnya menyambut tamu istimewa, pasti banyak hal yang kita lakukan untuk menyambut bulan penuh berkah ini. Bahkan tak sedikit yang telah mempersiapkannya 2 bulan sebelum Ramadhan, seperti yang Rasulullah lakukan. Salah satu bentuk persiapan tersebut adalah memperbanyak ibadah seperti puasa sunah dan membaca Al-Quran.

Bisa dikatakan kalau memperbanyak ibadah ini dilakukan dalam rangka “pemanasan” menuju Bulan Ramadhan agar nantinya kita tidak “kaget” dalam menjalani hari-hari pada Bulan Ramadhan hingga ibadah kita bisa maksimal. Tentu akan sangat disayangkan jika kita tidak mempergunakan waktu sebaik-baiknya dalam Bulan Ramadhan. Dalam Bulan Ramadhan, Allah akan memberikan bonus besar-besaran pada kita. Seperti kalau sebuah toko memberikan diskon besar-besaran pada para pembeli. Maka dari itu, pembeli akan sangat diuntungkan apabila membeli barang pada saat ada diskon di toko tersebut, apalagi kita membeli dalam jumlah yang besar, maka semakin besar pula keuntungan kita. Demikian halnya dengan Bulan Ramadhan. Kita akan sangat beruntung apabila kita dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dengan meningkatkan ibadah serta amalan-amalan kita.

Dengan harapan ibadahnya akan maksimal pada Bulan Ramadhan, jauh-jauh hari orang-orang telah mempersiapkan bekal. Baik itu mempelajari hal-hal tentang Ramadhan maupun menambah amalan shaleh.

Tak ada yang lebih dinanti selain datangnya bulan yang penuh berkah dan rahmat ini. Maka dari itu, marilah kita mempersiapkan diri dan membersihkan hati dalam menyambut Bulan Ramadhan. Agar dalam Bulan Ramadhan kita bisa meningkatkan iman dan takwa dalam menjalankan ibadah kita dalam rangka 30 hari mencari cinta-Nya. Aamiin…

Jumat, 09 Juli 2010

Kewajiban Menuntut Ilmu Bagi Setiap Muslim

Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk itu, maka diutuslah Rasulullah SAW untuk memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT.

Sebegitu pentingnya pendidikan, tentu saja kita tidak bisa memandang remeh pendidikan ini. Pendidikan adalah awal arah dari hidup seorang manusia. Dengan pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia pun juga akan lebih baik. Tapi kenyataan dalam hidup ini, banyak orang yang menggunakan akal dan kepintaraannya untuk maksiat. Banyak orang yang pintar dan berpendidikan justru akhlaknya lebih buruk dibanding dengan orang yang tak pernah sekolah. Hal itu terjadi karena ketidakseimbangannya ilmu dunia dan akhirat. Ilmu pengetahuan dunia rasanya kurang kalau belum dilengkapi dengan ilmu agama atau akhirat. Orang yang berpengetahuan luas tapi tidak tersentuh ilmu agama sama sekali, maka dia akan sangat mudah terkena bujuk rayu syaitan untuk merusak bumi, bahkan merusak sesama manusia dengan berbagai tindak kejahatan. Disinilah alasan mengapa ilmu agama sangat penting dan hendaknya diajarkan sejak kecil. Kalau bisa, ilmu agama ini lebih dulu diajarkan kepada anak sebelum anak tersebut menerima ilmu dunia.

Ilmu dunia dan ilmu agama ini seperti halnya makanan kita. Ilmu dunia tanpa didasari ilmu agama seperti makan nasi tanpa lauk. Begitu juga sebaliknya, ilmu agama tanpa dilengkapi ilmu dunia seperti kita makan tanpa nasi. Sedemikian pentingnya ilmu, maka tidak heran orang-orang yang berilmu mendapat posisi yang tinggi baik di sisi Allah maupun manusia. (QS. Al Mujadilah (58) : 11)

Kebodohan adalah salah satu faktor yang menghalangi masuknya cahaya Islam. Oleh karena itu, manusia butuh terapi agar menjadi makhluk yang mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT. Kemuliaan manusia terletak pada akal yang dianugerahi Allah. Akal ini digunakan untuk mendidik dirinya sehingga memiliki ilmu untuk mengenal penciptanya dan beribadah kepada-Nya dengan benar. Itulah sebabnya Rasulullah SAW menggunakan metode pendidikan untuk memperbaiki manusia, karena dengan pendidikanlah manusia memiliki ilmu yang benar. Dengan demikian, ia terhindar dari ketergelinciran pada maksiat, kelemahan, kemiskinan dan terpecah belah.

Di Indonesia, seperti kita ketahui, pendidikan wajib adalah 9 tahun. Ini adalah salah satu upaya pemerintah untuk memajukan pendidikan Indonesia. Pendidikan merupakan kata kunci untuk setiap manusia agar ia mendapatkan ilmu. Hanya dengan pendidikanlah ilmu akan didapat dan diserap dengan baik. Tapi, orang yang menyadari akan pentingnya pendidikan, merasa sangat kurang dengan pendidikan 9 tahun tersebut. Apalagi pendidikan 9 tahun pun tak menjamin ilmu agama benar-benar masuk ke dalam roh. Pendidikan umum memberikan ajaran agama hanya satu kali dalam seminggu. Tentu saja itu tak cukup untuk jiwa kita. Jiwa manusia serasa haus akan ilmu agama. Tak ada salahnya kalau kita mencoba mencari pendidikan ilmu agama tersebut diluar, seperti membaca buku-buku agama dan mengikuti berbagai kajian agama.

Terkait dengan konsep pendidikan dalam Islam, Allah swt telah menggariskannya dalam surat Ali Imran [3]: 79. “Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.”

Dari ayat di atas diketahui, bahwa tujuan pendidikan bukan menjadikan manusia sebagai hamba ilmu, budak teori . Tetapi tujuan utama dari pendidikan adalah menjadikan manusia sebagai insan rabbani (manusia yang berketuhanan). Pendidikan tidak hanya menjadikan manusia pintar dan menguasai ilmu pengetahuan, namun menjadikan manusia sebagai manusia yang kenal dan takut dengan Tuhannya dengan ilmu yang dimiliki tersebut.

Rasulullah SAW pun memerintahkan kepada kita untuk senantiasa menuntut ilmu sepanjang masa. Seperti sabdanya, “Carilah ilmu dari ayunan sampai ke liang lahat”. Dengan demikian, hendaknya kita tak pernah bisa berhenti untuk mencari ilmu, karena ilmu itu begitu luasnya. Semakin banyak yang diketahui akan semakin sadar manusia itu, bahwa begitu banyak yang belum dia ketahui. Itulah kenapa dalam wahyu pertama yang diturunkan Allah swt, kata iqra’ diulang dua kali. Hal itu berarti bahwa membaca dan proses belajar harus selalu dilakukan. Sebab, semakin banyak kita membaca semakin mulia kita di depan manusia dan di mata Allah swt, karena kemulian Tuhan akan diberikan kepada orang yang selalu membaca (warabbuka al- akram/ dan Tuhanmu Maha Mulia).

- (dari berbagai sumber)-

Jama’ah dan Persatuan Umat

“Tidak ada Islam, melainkan dengan Jama’ah. Tidak ada Jama’ah, kecuali dengan Imamah (Kepemimpinan). Dan tidak ada Kepemimpinan, kecuali dengan ketaatan.” (Umar bin Khattab r.a.)
Kata Jama’ah sekarang ini sering kali dikaitkan dengan hal-hal negatif. Oleh masyarakat, Jama’ah dianggap aliran sesat. Ketika mendengar kata “Jama’ah”, yang ada dipikiran adalah aliran sesat yang meresahkan masyarakat.
Pengertian Jama’ah yang sering disalahartikan masyarakat tersebut tidak selamanya benar. Seperti apa yang dikatakan Umar bin Khattab r.a. , “Tidak ada Islam, melainkan dengan Jama’ah”. Jama’ah adalah bagian dari Islam. Islam tidak akan bisa berdiri kokoh jika tidak ada Jama’ah.
Seperti halnya dengan sholat. Sholat berjama’ah tidak akan berjalan kalau tidak ada jama’ahnya. Bagaimana bisa sholat dikatakan berjama’ah kalau hanya ada imamnya saja… begitu juga dengan Islam. Di dunia ini, berjuta-juta bahkan bertrilyun-trilyun umat yang beragama Islam. Islam tidak akan bisa kokoh jika umatnya tidak bersatu. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Kita mungkin berbeda, tapi kita tetap satu, yaitu agama Islam.
Kita dapat mengambil banyak pelajaran dalam kekalahan kaum muslimin dalam perang Uhud. Di pertengahan perang, kaum muslimin tercerai berai. Ada tiga faktor, yang menyebabkan berubahnya kemenangan menjadi kekalahan kaum Muslim seperti itu. (1) Pelanggaran terhadap perintah Nabi SAW oleh pasukan pemanah. (2) Berita kematian Nabi SAW. Ini melemahkan semangat banyak orang-orang beriman. (3) Perselisihan paham di medan perang tentang perintah Nabi SAW.
Hikmah yang dapat diambil dalam tertundanya kemenangan tersebut adalah sebagai jalan meruntuhkan kesombongan diri. Selain itu, Sudah menjadi kebiasaan bahwa para rasul itu juga menerima ujian dan cobaan, yang pada akhirnya mendapatkan kemenangan. Sebagaimana dijelaskan dalam kisah dialog Abu Sufyan dan Hiraqla (Heraklius). Di antara hikmahnya, apabila mereka senantiasa mendapatkan kemenangan, tentu orang-orang yang tidak pantas akan masuk ke dalam barisan kaum mukminin sehingga tidak bisa dibedakan mana yang jujur dan benar, mana yang dusta. Sebaliknya, kalau mereka terus-menerus kalah, tentulah tidak tercapai tujuan diutusnya mereka. Sehingga sesuai dengan hikmah-Nya terjadilah dua keadaan ini.
Kita memang sedang tidak menghadapi Perang Uhud dan sudah tidak mungkin lagi kita ikut perang Uhud untuk menegakkan bendera Islam seperti Musab bin Omair r.a. . Tapi tugas dan kewajiban kita sekarang adalah menegakkan ‘bendera’ Islam dimanapun dan kapanpun kita berada.
Kita juga harus menjaga persatuan dan kesatuan umat Islam. Beberapa mungkin ada cara ibadah dan pemahaman Fiqih kita berbeda tapi yang perlu diingat, tujuan kita sama, yaitu ALLAH SWT. Jama’ah Islam akan semakin kokoh jika didasari dengan rasa persatuan dan persaudaraan.
Dalam masyarakat saat ini, banyak jama’ah Islam berdiri. Dasar dari masing-masing jama’ah ini sebenarnya sama yaitu Al-Quran dan As-Sunnah. Tapi memang ada beberapa pemahaman yang berbeda. kita tidak boleh saling menyalahkan dan merasa paling benar dengan cara ibadah kita. Mereka juga saudara kita yang mempunyai tujuan sama dengan kita.
Apabila kita senantiasa bersatu dan bersaudara, Islam akan semakin kuat. Seperti halnya sapu lidi, semakin banyak lidi maka akan semakin kuat dan kokoh untuk menyapu. Islam pun juga demikian, semakin banyak umat Islam yang berbaris dalam jama’ah Islam, maka semakin kokoh pula agama Islam untuk menyapu segala bentuk kekafiran di bumi ini.

Manusia Sebagai Khalifah????

Pemanasan global tentu saja bukan istilah asing lagi di telinga kita. Beribu-ribu orang dari kecil hingga tua berkoar-koar “Stop Global Warming”. Tapi apakah dengan mengibarkan spanduk penolakan global warming lalu semua masalah selesai?

Beberapa ilmuwan menyatakan pemanasan global terjadi karena faktor alam. Namun sebagian besar lagi menyatakan hal itu terjadi karena ulah manusia. Alquran menjawab perdebatan faktor penyebab pemanasan global melalui Surat Asy-Syura ayat 27. Di situ disebutkan bahwa penyebab kerusakan bumi itu adalah ulah manusia itu sendiri yang melampaui batas (berlebih-lebihan).

Manusia dilahirkan di bumi ini sebagai khalifah dengan kata lain penguasa bumi. Pandangan inilah yang menjadikan manusia melakukan tindak pengrusakan bumi seperti penebangan liar, membuang sampah sembarangan dan lainnya. Tentu saja, manusia adalah khalifah di muka bumi ini, tapi bukan berarti dia berhak menggunakan alam sebesar-besarnya untuk kepentingan manusia tanpa memperhatikan alam dan masa depannya.

“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Al An’am:141)

Harus diingat, kita ini adalah tamu yang hanya singgah sebentar di bumi atau alam ini. Dan alam sebagai tuan rumah. Sebagai tamu yang baik, seharusnya manusia atau lebih tepatnya kita tahu diri dengan kedudukan kita sebagai tamu. Kita harus menghormati tuan rumah kita yaitu alam. Alam sebagai tuan rumah sudah memenuhi kewajibannya dengan memuliakan tamu, yaitu memberikan segala yang dibutuhkan manusia, dari bahan makanan, tambang, mineral juga yang paling penting adalah oksigen. Tapi dalam kenyataannya, manusia sebagai tamu berlaku kurang ajar pada tuan rumah. Manusia egois, ingin mengambil sebanyak-banyaknya apa yang ada di alam tak peduli bagaimana keadaan alam saat ini. Jika tuan rumah marah, manusia tak henti-hentinya mengeluh dan menyalahkan alam bahkan Allah SWT sebagai penyebab bencana alam. Padahal kalau ditelusuri sumber dari segala sumber masalah adalah manusia yang tak tahu diri dan tak tahu terima kasih ditunjukkan dengan manusia yang tidak bersyukur dengan segala nikmat yang diberikan Sang Pencipta-nya dan justru semakin durhaka pada tuan rumahnya, yaitu alam.

Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72 persen [World Resource Institute, 1997]. Penebangan hutan Indonesia yang tidak terkendali selama puluhan tahun dan menyebabkan terjadinya penyusutan hutan tropis secara besar-besaran. Laju kerusakan hutan periode 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektar per tahun, sedangkan pada periode 1997-2000 menjadi 3,8 juta hektar per tahun. Ini menjadikan Indonesia merupakan salah satu tempat dengan tingkat kerusakan hutan tertinggi di dunia. Di Indonesia berdasarkan hasil penafsiran citra landsat tahun 2000 terdapat 101,73 juta hektar hutan dan lahan rusak, diantaranya seluas 59,62 juta hektar berada dalam kawasan hutan. [Badan Planologi Dephut, 2003].

Sejak tahun 1998 hingga pertengahan 2003, tercatat telah terjadi 647 kejadian bencana di Indonesia dengan 2022 korban jiwa dan kerugian milyaran rupiah, dimana 85% dari bencana tersebut merupakan bencana banjir dan longsor yang diakibatkan kerusakan hutan [Bakornas Penanggulangan Bencana, 2003].

Sekitar 65 persen penduduk Indonesia atau sekitar 125 juta jiwa menetap di Pulau Jawa yang luasnya hanya tujuh persen dari seluruh luas daratan Indonesia. Sementara dari sudut potensi air hanyalah 4,5 persen dari total potensi air di Indonesia sehingga menimbulkan benturan kepentingan. (walhi, 2006)

400 dari sekitar 4,000 industri di Jakarta yang mengelola limbahnya. Tidak ada sistem sanitasi di Jakarta sehingga air limbah seluruhnya dibuang ke sungai. Hanya sekitar 2 % air limbah di Jakarta mengalir ke instalasi pengolah air limbah, yang umumnya hanya melayani gedung perkantoran dan sejumlah perumahan. Sekitar 39% warga Jakarta memiliki septic tank, dan 20 % menggunakan lubang WC biasa (pit latrines).

Selain masalah di atas, sumber energi fosil mengakibatkan pencemaran udara yang dihasilkan oleh pembangkit-pembangkit energi, seperti gas sulfur dioksida (SO2) dan gas-gas rumah kaca (GRK), seperti karbon dioksida (CO2). Banyak penelitian menyebutkan bahwa GRK telah memicu terjadinya pemanasan global akibat adanya efek rumah kaca. Efek rumah kaca terjadi akibat GRK yang terkumpul di atmosfer membentuk selubung yang menghalangi radiasi panas matahari yang dipantulkan bumi tidak dapat lepas ke atmosfer.

Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.

Segala sesuatu yang ada di bumi ini seperti tumbuhan, hewan dan sebagainya tersebut disediakan Allah semata-mata untuk manusia. Supaya dalam melaksanakan tugasnya sebagai khalifah bisa maksimal. Tapi yang terjadi saat ini justru sebaliknya. Manusia berlebih-lebihan dalam memanfaatkan sumber daya alam tersebut sehingga terjadi ketidakseimbangan di bumi ini. Kalau sudah begini, manusia pasti akan menyalahkan alam, tanpa merenung siapakah yang salah, kita sebagai manusia ataukah alam yang tidak tahu apa-apa yang menjadi korban tangan-tangan jahil manusia?? Kalau saja alam bisa bicara, pasti alam akan berteriak memprotes segala kekejaman dan tindak perusakan alam. Kalau khalifahnya saja tidak bisa menjaga bumi, bagaimana nasib kehidupan mendatang? Dan bagaimana dengan amanah yang diberikan Allah pada manusia sebagai khalifah? Apakah manusia “layak” disebut sebagai khalifah di bumi???





Keistimewaan Waktu Sepertiga Malam

Sepertiga malam adalah waktu yang istimewa. Bahkan bisa dibilang waktu yang paling istimewa dibanding dengan waktu lainnya selama 24 jam. Sepertiga malam juga merupakan waktu dimana puncak dingin dalam 24 jam. Dengan kata lain, selama sehari semalam, waktu yang paling dingin adalah sepertiga malam.
Itu mengapa membuat kita malas bangun dan justru membetulkan selimut untuk kembali tidur lagi. Tapi memang, tidur paling nyenyak juga di saat sepertiga malam. Kita harus mengacungi jempol, kalau perlu dua jempol, spesial untuk mereka yang bisa dan terbiasa bangun di sepertiga malam.
Hmm… tapi apa sih yang dilakukan di sepertiga malam? Bangun di sepertiga malam banyak keuntungannya. Bisa dikatakan ‘rugi’ kalau melewatkan waktu ini begitu saja. Meski mungkin diantara kita bangun di sepertiga malam hanya untuk pergi ke kamar mandi. Yup, tetap harus kita beri penghargaan. Biar bagaimanapun juga namanya juga bisa bangun di sepertiga malam yang kata orang waktu paling berat untuk bangun tidur meninggalkan mimpi indah.
Banyak alasan orang rela bahkan terbiasa bangun di sepertiga malam. Jawabannya hanya satu, karena waktu ini begitu istimewa. Tapi diantara kita memiliki alasan berbeda-beda untuk bengun di sepertiga malam.
Bagi para penjual atau pedagang di pasar, waktu ini adalah waktu untuk mempersiapkan dagangannya. Bangun kesiangan sedikit saja, rezeki juga akan berkurang. Jadi, mau tidak mau, harus membiasakan diri bangun di waktu ini dan bersiap mencari rezeki.
Ada juga yang tidur lebih awal dan memasang alarm demi bisa bangun di sepertiga malam. Bahkan juga mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan di waktu itu. Biar begitu bangun, langsung memantapkan tujuan dan menikmati apa yang sudah disiapkan seperti makanan ringan ditemani dengan televisi tercinta. Yups, banyak diantara kita bangun di sepertiga malam untuk menonton siaran langsung acara favorit mereka. Biasanya sepak bola. Apalagi saat ini sedang trend nya piala dunia dan sebagian besar manusia di bumi ini terserang demam bola. Atau bagi pecinta kebudayaan, mereka biasanya menonton wayang yang mana di waktu ini kebetulan sekali adalah bagian ‘goro-goro’ (rangkaian alur dari pertunjukan wayang) yang paling ditunggu-tunggu.
Koneksi internet di sepertiga malam bertambah cepat dibanding waktu lainnya. Tidak menutup kemungkinan bagi penggila internet, dibela-belain bangun di sepertiga malam untuk mengakses internet meski hanya sekedar membuka facebook.
Otak juga akan lebih fresh di waktu sepertiga malam. Itu mengapa banyak orang yang menggunakan waktu ini untuk belajar. Didukung dengan suasana yang sunyi dan udara terasa lebih dingin (tidak panas) membuat otak kita lebih cepat connect dengan apa yang kita pelajari saat itu. Banyak para cendekiawan memanfaatkan waktu ini untuk mempelajari ilmu dan menemukan penemuan yang akan dikenang orang sepanjang sejarah. Bagaimana dengan kita? Apakah kita juga tidak mau kalah menggunakan waktu ini untuk belajar? Sudah siapkah kita untuk menorehkan tinta emas untuk agama dan negara…
Diantara banyak pilihan aktivitas yang dapat dilakukan di sepertiga malam, ada satu aktifitas yang sangat mulia karena waktu ini begitu mulia untuk dilewatkan. Begitu mulianya, Allah SWT sampai perlu menekankan bahwa Dia “turun” di sepertiga malam untuk menghampiri hamba-hamba-Nya yang terjaga untuk beribadah. Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa saat subuh adalah saat-saat pergantian para malaikat untuk melaporkan amal-amal menuju langit.
Sholat malam atau biasanya disebut dengan sholat tahajud adalah aktifitas yang paling mulia dan utama diantara aktifitas lainnya. Rasanya sayang sekali, apabila sudah bisa bangun di sepertiga malam tapi meninggalkan ibadah ini begitu saja. Beraktifitas seperti yang sudah tertulis diatas boleh saja, tidak ada yang melarang. Tapi alangkah lebih baik, sebelum beraktifitas dengan agenda masing-masing alangkah lebih baik menjalankan ibadah sholat tahajud terlebih dahulu. Diantara kita mungkin beralasan bahwa wudhu adalah bagian yang paling berat untuk menjalankan ibadah sholat tahajud. Memang benar, ingat juga, bahwa waktu itu adalah puncak dinginnya malam. Tapi bagi mereka yang bisa melewati tantangan terberat ini, ada nilai tambah tersendiri dan Allah akan mengangkat derajatnya.
Maka, bagi yang mengaku JAGOAN, beranikah mengambil tantangan berat ini???

Selamat Datang

selamat datang di blog baru... ayo menulis!!!!