Jumat, 09 Juli 2010

Jama’ah dan Persatuan Umat

“Tidak ada Islam, melainkan dengan Jama’ah. Tidak ada Jama’ah, kecuali dengan Imamah (Kepemimpinan). Dan tidak ada Kepemimpinan, kecuali dengan ketaatan.” (Umar bin Khattab r.a.)
Kata Jama’ah sekarang ini sering kali dikaitkan dengan hal-hal negatif. Oleh masyarakat, Jama’ah dianggap aliran sesat. Ketika mendengar kata “Jama’ah”, yang ada dipikiran adalah aliran sesat yang meresahkan masyarakat.
Pengertian Jama’ah yang sering disalahartikan masyarakat tersebut tidak selamanya benar. Seperti apa yang dikatakan Umar bin Khattab r.a. , “Tidak ada Islam, melainkan dengan Jama’ah”. Jama’ah adalah bagian dari Islam. Islam tidak akan bisa berdiri kokoh jika tidak ada Jama’ah.
Seperti halnya dengan sholat. Sholat berjama’ah tidak akan berjalan kalau tidak ada jama’ahnya. Bagaimana bisa sholat dikatakan berjama’ah kalau hanya ada imamnya saja… begitu juga dengan Islam. Di dunia ini, berjuta-juta bahkan bertrilyun-trilyun umat yang beragama Islam. Islam tidak akan bisa kokoh jika umatnya tidak bersatu. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Kita mungkin berbeda, tapi kita tetap satu, yaitu agama Islam.
Kita dapat mengambil banyak pelajaran dalam kekalahan kaum muslimin dalam perang Uhud. Di pertengahan perang, kaum muslimin tercerai berai. Ada tiga faktor, yang menyebabkan berubahnya kemenangan menjadi kekalahan kaum Muslim seperti itu. (1) Pelanggaran terhadap perintah Nabi SAW oleh pasukan pemanah. (2) Berita kematian Nabi SAW. Ini melemahkan semangat banyak orang-orang beriman. (3) Perselisihan paham di medan perang tentang perintah Nabi SAW.
Hikmah yang dapat diambil dalam tertundanya kemenangan tersebut adalah sebagai jalan meruntuhkan kesombongan diri. Selain itu, Sudah menjadi kebiasaan bahwa para rasul itu juga menerima ujian dan cobaan, yang pada akhirnya mendapatkan kemenangan. Sebagaimana dijelaskan dalam kisah dialog Abu Sufyan dan Hiraqla (Heraklius). Di antara hikmahnya, apabila mereka senantiasa mendapatkan kemenangan, tentu orang-orang yang tidak pantas akan masuk ke dalam barisan kaum mukminin sehingga tidak bisa dibedakan mana yang jujur dan benar, mana yang dusta. Sebaliknya, kalau mereka terus-menerus kalah, tentulah tidak tercapai tujuan diutusnya mereka. Sehingga sesuai dengan hikmah-Nya terjadilah dua keadaan ini.
Kita memang sedang tidak menghadapi Perang Uhud dan sudah tidak mungkin lagi kita ikut perang Uhud untuk menegakkan bendera Islam seperti Musab bin Omair r.a. . Tapi tugas dan kewajiban kita sekarang adalah menegakkan ‘bendera’ Islam dimanapun dan kapanpun kita berada.
Kita juga harus menjaga persatuan dan kesatuan umat Islam. Beberapa mungkin ada cara ibadah dan pemahaman Fiqih kita berbeda tapi yang perlu diingat, tujuan kita sama, yaitu ALLAH SWT. Jama’ah Islam akan semakin kokoh jika didasari dengan rasa persatuan dan persaudaraan.
Dalam masyarakat saat ini, banyak jama’ah Islam berdiri. Dasar dari masing-masing jama’ah ini sebenarnya sama yaitu Al-Quran dan As-Sunnah. Tapi memang ada beberapa pemahaman yang berbeda. kita tidak boleh saling menyalahkan dan merasa paling benar dengan cara ibadah kita. Mereka juga saudara kita yang mempunyai tujuan sama dengan kita.
Apabila kita senantiasa bersatu dan bersaudara, Islam akan semakin kuat. Seperti halnya sapu lidi, semakin banyak lidi maka akan semakin kuat dan kokoh untuk menyapu. Islam pun juga demikian, semakin banyak umat Islam yang berbaris dalam jama’ah Islam, maka semakin kokoh pula agama Islam untuk menyapu segala bentuk kekafiran di bumi ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar