Jumat, 09 Juli 2010

Manusia Sebagai Khalifah????

Pemanasan global tentu saja bukan istilah asing lagi di telinga kita. Beribu-ribu orang dari kecil hingga tua berkoar-koar “Stop Global Warming”. Tapi apakah dengan mengibarkan spanduk penolakan global warming lalu semua masalah selesai?

Beberapa ilmuwan menyatakan pemanasan global terjadi karena faktor alam. Namun sebagian besar lagi menyatakan hal itu terjadi karena ulah manusia. Alquran menjawab perdebatan faktor penyebab pemanasan global melalui Surat Asy-Syura ayat 27. Di situ disebutkan bahwa penyebab kerusakan bumi itu adalah ulah manusia itu sendiri yang melampaui batas (berlebih-lebihan).

Manusia dilahirkan di bumi ini sebagai khalifah dengan kata lain penguasa bumi. Pandangan inilah yang menjadikan manusia melakukan tindak pengrusakan bumi seperti penebangan liar, membuang sampah sembarangan dan lainnya. Tentu saja, manusia adalah khalifah di muka bumi ini, tapi bukan berarti dia berhak menggunakan alam sebesar-besarnya untuk kepentingan manusia tanpa memperhatikan alam dan masa depannya.

“Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya), dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Al An’am:141)

Harus diingat, kita ini adalah tamu yang hanya singgah sebentar di bumi atau alam ini. Dan alam sebagai tuan rumah. Sebagai tamu yang baik, seharusnya manusia atau lebih tepatnya kita tahu diri dengan kedudukan kita sebagai tamu. Kita harus menghormati tuan rumah kita yaitu alam. Alam sebagai tuan rumah sudah memenuhi kewajibannya dengan memuliakan tamu, yaitu memberikan segala yang dibutuhkan manusia, dari bahan makanan, tambang, mineral juga yang paling penting adalah oksigen. Tapi dalam kenyataannya, manusia sebagai tamu berlaku kurang ajar pada tuan rumah. Manusia egois, ingin mengambil sebanyak-banyaknya apa yang ada di alam tak peduli bagaimana keadaan alam saat ini. Jika tuan rumah marah, manusia tak henti-hentinya mengeluh dan menyalahkan alam bahkan Allah SWT sebagai penyebab bencana alam. Padahal kalau ditelusuri sumber dari segala sumber masalah adalah manusia yang tak tahu diri dan tak tahu terima kasih ditunjukkan dengan manusia yang tidak bersyukur dengan segala nikmat yang diberikan Sang Pencipta-nya dan justru semakin durhaka pada tuan rumahnya, yaitu alam.

Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya sebesar 72 persen [World Resource Institute, 1997]. Penebangan hutan Indonesia yang tidak terkendali selama puluhan tahun dan menyebabkan terjadinya penyusutan hutan tropis secara besar-besaran. Laju kerusakan hutan periode 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektar per tahun, sedangkan pada periode 1997-2000 menjadi 3,8 juta hektar per tahun. Ini menjadikan Indonesia merupakan salah satu tempat dengan tingkat kerusakan hutan tertinggi di dunia. Di Indonesia berdasarkan hasil penafsiran citra landsat tahun 2000 terdapat 101,73 juta hektar hutan dan lahan rusak, diantaranya seluas 59,62 juta hektar berada dalam kawasan hutan. [Badan Planologi Dephut, 2003].

Sejak tahun 1998 hingga pertengahan 2003, tercatat telah terjadi 647 kejadian bencana di Indonesia dengan 2022 korban jiwa dan kerugian milyaran rupiah, dimana 85% dari bencana tersebut merupakan bencana banjir dan longsor yang diakibatkan kerusakan hutan [Bakornas Penanggulangan Bencana, 2003].

Sekitar 65 persen penduduk Indonesia atau sekitar 125 juta jiwa menetap di Pulau Jawa yang luasnya hanya tujuh persen dari seluruh luas daratan Indonesia. Sementara dari sudut potensi air hanyalah 4,5 persen dari total potensi air di Indonesia sehingga menimbulkan benturan kepentingan. (walhi, 2006)

400 dari sekitar 4,000 industri di Jakarta yang mengelola limbahnya. Tidak ada sistem sanitasi di Jakarta sehingga air limbah seluruhnya dibuang ke sungai. Hanya sekitar 2 % air limbah di Jakarta mengalir ke instalasi pengolah air limbah, yang umumnya hanya melayani gedung perkantoran dan sejumlah perumahan. Sekitar 39% warga Jakarta memiliki septic tank, dan 20 % menggunakan lubang WC biasa (pit latrines).

Selain masalah di atas, sumber energi fosil mengakibatkan pencemaran udara yang dihasilkan oleh pembangkit-pembangkit energi, seperti gas sulfur dioksida (SO2) dan gas-gas rumah kaca (GRK), seperti karbon dioksida (CO2). Banyak penelitian menyebutkan bahwa GRK telah memicu terjadinya pemanasan global akibat adanya efek rumah kaca. Efek rumah kaca terjadi akibat GRK yang terkumpul di atmosfer membentuk selubung yang menghalangi radiasi panas matahari yang dipantulkan bumi tidak dapat lepas ke atmosfer.

Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.

Segala sesuatu yang ada di bumi ini seperti tumbuhan, hewan dan sebagainya tersebut disediakan Allah semata-mata untuk manusia. Supaya dalam melaksanakan tugasnya sebagai khalifah bisa maksimal. Tapi yang terjadi saat ini justru sebaliknya. Manusia berlebih-lebihan dalam memanfaatkan sumber daya alam tersebut sehingga terjadi ketidakseimbangan di bumi ini. Kalau sudah begini, manusia pasti akan menyalahkan alam, tanpa merenung siapakah yang salah, kita sebagai manusia ataukah alam yang tidak tahu apa-apa yang menjadi korban tangan-tangan jahil manusia?? Kalau saja alam bisa bicara, pasti alam akan berteriak memprotes segala kekejaman dan tindak perusakan alam. Kalau khalifahnya saja tidak bisa menjaga bumi, bagaimana nasib kehidupan mendatang? Dan bagaimana dengan amanah yang diberikan Allah pada manusia sebagai khalifah? Apakah manusia “layak” disebut sebagai khalifah di bumi???





Tidak ada komentar:

Posting Komentar