Sabtu, 04 Desember 2010

Oleh-Oleh Berharga Dari Tanah Suci

‘Musim’ haji hampir berlalu. Sebagian besar jamaah haji dari Indonesia pun juga sudah tiba di tanah air. Para keluarga, teman, tetangga dan juga kerabat pun berbondong-bondong untuk menyambut kedatangan bapak/ibu haji yang baru saja tiba di Indonesia. Biasanya, kalau kita berkunjung ke rumah orang yang baru saja pulang dari haji, kita akan dapat mencicipi air zam-zam dan beberapa makanan khas dari Mekah. Pulangnya pun kita tidak pulang dengan tangan kosong. Biasanya kita akan membawa pula buah tangan yang berupa tasbih, permadani, peci, jilbab atau pernak-pernik haji lainnya.
Itulah oleh-oleh yang akan kita dapat dari orang yang baru saja naik haji. Tapi, masih ada lagi oleh-oleh yang jauh lebih berharga dari buah tangan tersebut. Yaitu sebuah cerita dan tindakan. Sangat sederhana dan tidak membutuhkan biaya, tapi akan sangat bermanfaat bagi orang lain.
Sering kali kita mendengarkan cerita tentang pengalaman orang yang baru saja pulang berhaji. Mereka juga akan menceritakan tentang bagaimana perjuangan para nabi dan para sahabat dalam memperjuangkan Islam, dalam berjihad fi sabilillah sehingga semuanya berusaha untuk mengikuti sepak terjang para anbiya, para syuhada dan orang-orang shalih tersebut. Juga menceritakan kisah perjuangan dan memberikan motivasi berjuang inilah yang merupakan oleh-oleh berharga dari tanah suci, bukan buah tangan tasbih, serban atau permadani. Memang sebuah cerita, tapi bukan sekedar cerita biasa.
Selain itu, orang yang sudah berhaji hendaknya memberikan oleh-oleh yang bermanfaat bagi masyarakat yaitu dengan sebuah contoh perbuatan. Tentu saja perbuatan atau akhlak baik, bukan maksiat. Pribadi haji yang mabrur adalah pribadi yang dapat menjadi contoh bagi masyarakat dalam melaksanakan ajaran agama, dalam beribadah, dalam shalat berjamaah, dalam memakmurkan masjid dengan berzikir, bertasbih, membaca al-quran , menghadiri pengajian dan lain sebagainya. Oleh-oleh haji seperti inilah yang selalu diharapkan oleh masyarakat. Bayangkan jika seandainya para jamaah haji dapat menjadi pioneer, pelopor dan penggerak shalat jamaah saja baik di tengah masyarakat maupun di kantor-kantor dan di tengah pusat perbelanjaan, insya Allah suasana syiar Islam akan lebih indah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar